1.5.15


aku bermimpi...
berjalan bersama ombak
menapakkan kaki, meninggalkan jejak telapaknya di pasir putih
menunggu matahari terbit dari timur
merasakan angin
mendengarkan nyanyian ombak

dalam hempasannya.


apa perempuan sedemikian sulit terdefinisi
ada hari bila ia ingin marah saja
ada hari dia penuh semangat dan ceria
ada masa sepatah kata pun tak bicara
ada masa rasanya sedih tanpa alasan
dan tak tahu harus melabuhkannya pada siapa

Apa ini?
Ada yang meledak - meledak.
Berlomba - lomba seperti ombak yang ingin segera menghempas di pantai.
Rasanya bergolak. seperti ingin segera dijewantahkan dalam kata.
Ada pinta yang terbisikkan dalam fajar hari ini.
Ada harap yang pelan - pelan menemukan jalannya ke langit, saat hujan merintik.
Semua ini tidak membingungkan.
Aku tahu ini apa.
Tapi apakah ini nyata.
atau hanya asa yang mulai lelah menemukan tempatnya.

-tiech, sekembalinya dari Belitong, dengan perasaan yang meluap - luap-

29.3.15

Kembali

Pagi ini aku terbangun, dan menemukan diriku terbaring di tempat biasa. Liburan telah usai. Aku kira aku tidak menikmatinya. Tapi, pagi ini aku merindukannya. Tidak ada yang lebih baik dari menikmati laut dengan ombak, pantai berpasir putih, dan langit biru dan bersih. 

Dengan sisa - sisa kesadaran yang aku punya pagi ini - bahwa aku kembali ke kenyataan, aku memulai rutinitas akhir pekan: membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Aku masih memikirkan banyak hal. Mempertimbangkan apa aku sebaiknya mulai menyukai seseorang atau tidak. Ini yang terjadi jika kau pernah jatuh cinta saat travelling. Setiap perjalanan yang aku tempuh, meski dalam keramaian, akan menjadi sunyi. Dan aku pun demikian. Saat orang - orang tertidur dan asik sendiri, aku sedang mendengarkan diriku sendiri. Keluhku yang tersimpan, perasaan yang dipendam dan  pertanyaan - pertanyaan yang tak sempat terajukan. Aku mendengarkan. Dan entah kenapa aku merasa kasihan dengan diriku sendiri. 

Sampai kapan aku akan begini? Apa aku akan menjalaninya dengan baik? Apakah dengan menemukan seseorang, lantas semua kesunyian ini berakhir? Kalau tidak, apa maknanya menyukai seseorang? Apa artinya, jika aku hanya akan merasa melayang sesaat, lalu terhempas dalam kesedihan, lalu merasa datar - datar saja? Apa yang menjadi saripati rasa cinta dan kasih? pengejewantahannya? atau berada dalam situasi serba tidak jelas, merasa menyukai seseorang tapi mungkin dia tidak. merasa menyukai seseorang, dan mengira - ngira mungkin dia merasa hal yang sama. Lantas apa? Jika dia pun suka, ini akan menjadi 'Happy Ending' babak kehidupan yang sekarang, dan menjadi 'New Beginning' bagi babak kehidupan mendatang. Begitu seterusnya siklus hidup. Demikiankah rupanya hidup kita? Jika dia tidak suka, aku hanya akan merasa sedikit terluka, dan aku tahu aku akan kembali baik - baik saja. Semua pertanyaan ini berulang - ulang hadir dalam perjalananku. Dan aku menutupnya dengan pertanyaan lagi, jadi, apakah aku sebaiknya menyukai dia atau hentikan disini saja? Berhenti memikirkan perasaan sendiri dan fokus pada pencapaian - pencapaian yang ingin diraih. Fokus pada tujuanku merantau.Fokus pada pengabdian pada kedua orang tuaku. Atau aku lanjutkan, dan tetap dapat meraih semuanya, tetap mengabdi dan membahagiakan yang tersayang. Entahlah. Aku putuskan untuk berhenti bertanya dan tetap mengagumi dia dari jauh. Aku tahu jawaban terbaiknya ada di Langit. 

-Tiech-

Pemandangan dari Mercusuar Pulau Lengkuas, Belitong





21.3.15

Menuliskan Saripati Hidup

Menulis itu ajaib. Menulis itu menyembuhkan. Aku selalu menikmati membaca tulisanku di masa lalu. Menengok sejenak perjalanan yang pernah aku lewati, masalah yang pernah aku hadapi, masa senang, riang, bahkan badai yang setiap hari melanda hati. Kata 'galau' mungkin pilihan kata yang tepat menggambarkan masa lalu. 

Membaca masa lalu mengingatkanku, bahwa aku yang sekarang, terbentuk dari rangkaian kisah - kisah kecil. Aku bersyukur menuliskannya, meski terserak dimana - mana: (diary, laptop, blog, dll) dan terlalu banyak dramatisir tapi membacanya membawaku pada masa yang sempat terlupakan. Ada waktu dimana aku merasa tidak berharga, kehilangan arah, sepi, merasa berdosa, merasa sangat lemah dan membutuhkan bantuan seseorang. Dan masa dimana aku merindukan orang yang entah dimana, dan menulis surat yang tak pernah terkirimkan. Anehnya, meskipun rasa sakit itu masih terasa, aku tersenyum karena masa sulit itulah yang menjadikan aku kini. Terlebih setelah membaca catatan harianku yang berjudul "AKU INGIN MERASAKAN SARIPATI HIDUP", tertanggal 11 Juni 2007. Tidak lama setelah aku menuliskannya, proses menuju untuk merasakan 'saripati hidup' itu dimulai. Satu demi satu masalah datang, boleh dikatakan bencana bertubi - tubi, ibaratnya setelah badai, datang gempa bumi, tak lama menyusul tsunami. Aku tidak ingin mengingat hari - hari yang aku lalui dalam semua situasi itu.Tapi hari - hari itulah yang membawaku disini. Yang menjadikan aku bisa lebih membijaki hidup. Yang akhirnya menjawab keinginanku 8 tahun lalu: merasakan saripati hidup.

Meskipun tidak sesering dahulu, aku masih menulis, agar momen - momen hidup sempat terabadikan. Tulisanku kini mungkin bukan lagi perihal kehilangan arah, perasaan sepi dan kegalauan lainnya. Juga tidak sedrama dulu.Tapi kini, tulisan itulah yang menceritakan saripati hidup, tentang hal - hal sederhana di sekitar yang menjadi buah pikiran, tentang renungan seorang perempuan yang masih hidup sendiri. Semoga kelak bisa bermanfaat.

Salam hangat,
tiech yang sedang bijak

4.3.15

4 Maret, Man.

Ini bulan Maret. Seperti musim gugur disini, dedaunan mulai merontokkan dirinya sendiri. Halaman penuh dengan dedaunan kering yang belum sempat tersapu. Aku berjalan diatas daun - daun kering itu, dan sendu sore tadi membuatku terkenang cerita lalu.

Hari ini tanggal 4 maret. Dulu, hari ini selalu istimewa. Bukan, aku tidak lagi terjebak dalam romantisme masa lalu. Hanya sekedar mengingat, bahwa pernah ada kau, dan kebodohan seorang aku. Hari ini aku mentertawakan diriku sendiri. Menyadari bahwa pada akhirnya, ini bukan cerita kita. Tapi aku, kesalahanku dan egoku.

Hari ini, sebetulnya aku terlalu sibuk untuk mengenang apapun. Tapi karena hari ini pernah menjadi hari paling menyenangkan dalam hidupku, aku menengok masa lalu kembali. Belajar, betapa kadang rasa pun bisa menipu, betapa waktu dapat menyembuhkan meski meninggalkan bekas luka yang buruk rupa. Dan belajar, betapa aku berputar - putar dalam siklus yang sama dalam satu dekade ini. Menterpurukkan diri sendiri, lalu menyalahkan orang lain. Ah, rupanya menerima dan mengakui kesalahan sendiri teramatlah berat. 

Gerimis masih menemani jalanku. 4 maret, Man. 


tiech, 040315

2.3.15

Maret

Maret. Masih saja hujan turun.
Membawa sendu dan hawa romantis.
Ah rupanya sendu kini bukan hanya milik Desember.

Maret. Aku pernah bilang ini bulan istimewa.
Tapi kini kukira dia hanya bulan yang sama.
Apa mungkin karena aku tengah mati rasa.
Maret. Masih seperti maret lainnya.
Aku masih ber air mata. Tanpa tau apa sebab musababnya.
Satu per satu orang mulai bersandar pada ku.
Satu per satu kawan mulai meninggalkan.
Dan aku menjauh.
Ada kisah yang ingin kuceritakan.
Namun tak dapat terungkap.
Ada rasa yang aku tak pahami.
Tapi seperti tak layak kukatakan.
Aku tergugu dalam sendiriku.
Bukan. Ini bukan sepi.

Karena sepi adalah wujud rasa yang tak layak
Karena sepi berarti mengabaikanNya.
Hanya saja. Aku masih bertanya - tanya.
Selama apa aku akan bertahan.
Menjadi sandaran dan labuhan duka orang- orang kesepian.

-tiech, 02.03.15-


31.1.15

Catatan Tiech #3

Sudah lama tidak menulis. Merindukan menulis. Menulis yang menyembuhkan, menulis yang semoga menjadi inspirasi. Ini tahun 2015, tahun yang baru dan boleh kubilang kuawali tahun ini dengan hal - hal tak terduga lalu menjadi datar - datar saja dan mulai tidak menyenangkan.

Kekisruhan politik dan negara sedang terjadi. Aku, seperti biasa, memilih menjadi apatis namun bukan berarti tidak mengikuti. Ada hal - hal yang membuatku 'terpaksa' mengikutinya. Lalu, K-Pop dan K-Drama, ahh sejujurnya tidak terlalu mengikuti dunia per-Korea-an lagi. Aku merasa masih banyak yang harus aku lakukan, dan selalu merasa berdosa jika menonton drama sepanjang malam.

Hidupku sedang datar - datar saja, ah mungkin sedang dalam masa peralihan lagi. Masa yang aku alami setiap 5 tahun sekali, mungkin pertanda, bahwa akan ada perubahan besar bagiku di tahun ini. Semoga.

7.1.15

Catatan Tahun Baru