Hai bloggers :).
Kali ini saya ingin berbagi tentang satu buku, sebuah novel judulnya 9 summers 10 autumns. Novel ini menarik dan sangat menginspirasi. Judulnya, cara penyampaiannya, dan emosi didalamnya.
Pertama kali tertarik untuk membeli novel ini adalah karena judulnya: 9 summers 10 autumns. Ada perasaan yang sulit saya deskripsikan, saat pertama melihat judulnya. Yang pasti, begitu melihat judul dan membaca resensinya, buku ini menjadi top 1 dari daftar buku yang akan saya beli di bulan Mei. Saat membaca resensi buku ini, saya penasaran seperti apa ceritanya, gaya bahasa dan inspirasi yang bisa saya dapat dari ceritanya mas Iwan (penulis novel 9 summers 10 autumns). Apakah seperti Bang Andrea Hirata, atau Uda Anwar Fuadi? Mengingat, novel ini bercerita tentang kerja keras dan kesuksesan seseorang. just like Andrea Hirata's and Anwar Fuadi's novel. Dan...ternyata, novel 200-an halaman ini sangat beda!
No wonder, this book is a best seller book!
9 Summers 10 Autumns, terinspirasi dari kehidupan sang penulis, bercerita tentang kehidupan seorang anak supir angkot yang meraih kesuksesan di New York, USA. Pada bagian awal novel ini diceritakan bahwa Mas Iwan, bertemu dengan seorang anak kecil yang kemudian menjadi 'temannya' selama di New York. Siapa anak kecil ini? Anda bisa merasakan siapa dia sebenarnya setelah Anda membaca novel ini. Pada anak kecil itulah kemudian dia bercerita tentang masa lalu dan kehidupannya saat di Batu malang, Jawa Timur. Tentang Ibu, Bapak, Kakak, Adik, rumah dan kisah - kisah di rumah yang kecil itu.
Menurut saya, buku ini bukanlah sekedar buku yang menceritakan kesuksesan seorang anak supir angkot yang kemudian menjadi direktur di Amerika. Tapi tentang perjuangan bersama keluarga untuk keluar dari kemiskinan. Novel ini tidak menceritakan mimpi - mimpi besar sang penulis, tidak ada yang muluk, tapi ada tekad untuk menjadi lebih baik dan mengangkat kehidupan keluarga. Saya sangat menyukai buku ini, ceritanya membuat saya teringat pada Mama', bapak, kakak, kucing saya dan rumah kami di Sambas. Membuat saya tersadar kembali bahwa tugas saya belum selesai. Saat penulis menceritakan ibunya, pikiran saya langsung teringat pada Mama'. Mama' yang bijak, yang paling tahu bagaimana membagi keuangan keluarga untuk pendidikan saya dan kakak - kakak saya. yang paling peduli makanan bergizi untuk kami anak - anaknya. Mama' seperti juga ibunya penulis novel ini, senang membuatkan kami kacang hijau atau susu kedelai.
Novel ini dengan cara bercerita sang penulis sukses mengnspirasi saya sekaligus membuat saya kagum dengan mas Iwan beserta seluruh keluarganya. Saya sangat menyukai novel ini. Meski sudah beberapa hari yang lalu saya selesai membaca nya, saya masih merasakan efek dari buku ini. Mungkin karena ada beberapa kisahnya yang dekat dengan kehidupan pribadi saya, mungkin juga novel ini sedikit menjawab tentang loneliness yang akhir - akhir ini akrab dengan saya, mungkin juga karena saya sedang sangat merindukan kehangatan rumah yang sudah saya tinggalkan selama 7 tahun. Atau mungkin karena novel ini ditulis dengan penuh cinta dan kasih dari penulis, saya bisa merasakan emosi yang ada pada setiap halamannya. Jujur saja, saya sendiri selalu sulit bercerita tentang perjuangan Mama', bapak dan kakak - kakak saya. Beberapa kali saya coba cerita di blog ini, tapi air mata saya mengalir deras, dada saya sesak dan akhirnya saya tidak sanggup melanjutkan tulisan saya.
Selain itu, saya merasa mas Iwan menulis cerita ini bukan sekedar berbagi, namun juga ungkapan terima kasih yang sangat dalam bagi keluarga, terutama Ibu. Saya bisa merasakannya saat dia membanggakan sang ibu yang luar biasa.
0 komentar:
Post a Comment
thanks for the comment.
don't forget to write your name :).
have a nice day blogger.